Hebat..!! Inilah Kisah Polisi yang Memilih Menyambi Menjadi Pemulung. Kisahnya Sangat Mengharukan!

Bripka Seladi
”Pak, ini sebagai ucapan terima kasih saya atas bimbingannya,” ujar seorang pemohon SIM A dengan halus sambil menyodorkan amplop kepada Brigadir Kepala Seladi, penguji praktik SIM A di Kepolisian Resor Malang Kota. Dengan halus, petugas paruh baya itu menolak pemberian dengan kalimat ”sudah tugasnya dan tidak bisa menerimanya”.

”Kalau begitu, biarkan saya membelikan secangkir kopi saja untuk Bapak,” ujar si pemohon SIM dengan niat membalas kebaikan dan keramahan Seladi.

Sekali lagi, ia menolaknya dengan alasan sedang bertugas. Seladi merasa itu sudah kewajibannya. Ia tak ingin nantinya secangkir kopi itu justru akan dikaitkan dengan urusan SIM.

Mereka yang ingin memberikan imbalan kepada Seladi akhirnya mengurungkan niat. Para pemohon SIM justru respek terhadap petugas paruh baya itu.

Godaan seperti itu telah dialami Seladi selama 16 tahun bertugas menjadi penguji SIM A di Polres Malang Kota. Padahal, jika mau, Seladi sangat mungkin memanfaatkan kedekatan dengan pemohon SIM untuk ”mengutip” sekeping demi sekeping keuntungan.

Namun, peluang itu tidak dimanfaatkannya. Seladi justru dengan sabar mengajari mereka yang gagal ujian agar ketika minggu depan kembali diuji bisa lulus mendapatkan SIM.

”Saya mengajari mereka murni agar mereka bisa dan lolos mendapatkan SIM. Bukan untuk agar bisa mendapat untung. Kasihan karena mereka sangat membutuhkan SIM itu,” ujar Seladi, Selasa (17/5/2016).

Tidak gelap mata

Bergelut di ”lahan basah” yang dekat dengan potensi suap tidak menjadikan Seladi gelap mata. Ia tetap bekerja dengan jujur meski kondisi ekonominya kembang-kempis untuk membiayai hidup istri, tiga anaknya, dan membayar cicilan bank.

Seladi tetap saja taat aturan. Ia tidak menggunakan kesempatan itu untuk mengutip uang. Padahal, saat itu ia tengah terbelit utang di bank untuk modal usaha yang nilainya mencapai ratusan juta rupiah. Modal itu digunakan untuk berjualan bensin eceran.

Usahanya kandas karena terbakar, tetapi Seladi tidak menyerah. Ia lalu banting setir bisnis sepatu, mebel, hingga barang elektronik. Namun, kembali nasib belum berpihak kepadanya. Bisnis elektronik kandas karena ditipu rekannya.

Nilai bisnis elektronik yang ditipu temannya mencapai sekitar Rp 125 juta, yang didapat dari pinjaman. Pinjaman itu sampai saat ini masih harus dicicil. Kalau tidak salah, tinggal satu atau dua kali angsuran.

Meski dirugikan, Seladi tidak ingin menggunakan profesinya sebagai polisi menuntut temannya. Ia merasa usahanya itu mungkin bukan rezekinya.

”Mungkin saya diingatkan oleh Tuhan bahwa rezeki di jalur itu bukan hak saya. Ya ini, sekarang rezeki saya dari sampah. Meski kelihatannya buruk, rezeki dari sini halal dan sama sekali tidak merugikan orang lain,” kata suami Ngatiani ini.

Hal itulah yang meneguhkan Seladi untuk tetap bekerja jujur. Baginya, uang halal saja bisa dengan mudah hilang, apalagi yang haram. Mungkin dalam sekejap mata bisa saja sirna.

”Yang terpenting adalah niat. Kalau niatnya baik, apa pun godaannya tetap saja kita bisa bertahan. Sekarang warga Malang sudah banyak yang paham, tidak perlu menyuap untuk bisa mendapatkan SIM. Asalkan mereka mampu, pasti bisa,” katanya.
Seladi masuk polisi tahun 1977. Pertama kali bertugas berpangkat bhayangkara dua (barada) di Kepolisian Resor Malang Kota. Seladi kini berpangkat bripka dan setahun lagi memasuki pensiun di usia 58 tahun.

Semoga bisa diteladani oleh polisi-polisi yang lain.


Sumber : kompas.com