Gatot Nurmantyo |
Panglima
TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, mengatakan bahwa jika pemerintah membayar
tebusan ke kelompok Abu Sayyaf yang menyandera tujuh Warga Negara Indonesia
(WNI) di Filipina, maka itu dapat menunjukkan Indonesia sebagai negara lemah.
“Saya
sangat menentang cara pembayaran tebusan karena cara itu menunjukkan Indonesia
bangsa pengecut, seperti sapi perah. Kita jangan mau bayar,” kata Jenderal
Gatot di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (1/7).
Panglima
TNI menjelaskan bahwa tujuh WNI yang disandera oleh kelompok bersenjata di
Filipina itu berada di tempat terpisah. Kelompok Abu Sayyaf meminta uang
tebusan sebesar 200 juta Peso atau sekitar Rp 65 miliar hanya untuk empat orang
sandera, sementara tiga lainnya belum bisa dipastikan.
Jenderal
Gatot mengatakan bahwa TNI sudah dalam posisi siaga jika sewaktu-waktu
diperintahkan menggelar operasi militer untuk membebaskan semua sandera WNI di
Filipina. “Kita selalu memperkirakan segala kemungkinan dan menyiapkan
opsi-opsinya. Selain perintah Presiden, saya tidak akan lakukan, karena yang
punya tanggung jawab Presiden,” ujarnya.
Jenderal
Gatot menegaskan bahwa kekuatan TNI untuk melakukan operasi militer tidak boleh
diragukan. Menurutnya, TNI selalu memperkirakan semua kemungkinan dan menyiapkan
berbagai opsi untuk menyelesaikannya.
Sumber: kompas.com dan vivanews.com