Band Relix yang digawangi para TKI |
TKI
(Tenaga Kerja Indonesia) seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar karena
TKI sejatinya memang adalah kumpulan tenaga kerja unskill yang merupakan
program pemerintah untuk menekan angka pengangguran. TKI seringkali juga
mengalami banyak masalah di luar negeri seperti tindak kekerasan,
terbatasnya lowongan kerja, tidak digaji adalah beberapa masalah utama yang
sering terjadi pada Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Namun di
luar semua itu, tak sedikit dari para TKI yang nasibnya jauh lebih baik. Seperti
kelima pria ini, dengan bakat yang dimiliki kelima buruh imigran asal Indonesia
ini berhasil memberikan warna musik baru di Negara Taiwan.
Ke
lima orang ini mencoba mendirikan band sejak 2006 lalu dengan nama Relix Band.
Relix band mulai dikenal saat melakukan berbagai pertunjukkan di beberapa
tempat di Taipei City. Salah satunya di aula serba guna Stasiun Kereta Api
Taipei. Dengan membawakan lagu-lagu ciptaan sendiri mereka berhasil mengibur
puluhan ribu pekerja imigran lain. Dari situ mereka banyak dikenal oleh
masyarakat Taiwan.
Para
personil Relix Band seperti dilansir dari majalah Pesona Taiwan, Jumat
(28/1/2016) terdiri dari Haris pada vocal, Dody pada drum, Vicky pada gitar,
Henky pada Keyboard, dan Tian pada bass. Nama Relix diambil dari kata Relic
yang artinya peninggalan sejarah, barang peninggalan, barang pusaka,
peninggalan barang kuno, dan seringkali tersembunyi semangat humanisme dan
waktu. Tetapi dengan mengubah huruf terakhir c menjadi x terasa lebih
keren," kata Haris saat ditanya asal muasal nama grup bandnya itu.
Harapannya dengan nama Relix, para anggotanya dapat mewariskan semangat
bermusik pada bandnya.
Tak
jarang grup band yang dinahkodai Haris pada vokal ini juga kerap menjadi band
pembuka bila ada penyanyi tanah air yang diundang ke Taiwan. Sebut saja Inul
Daratista. Tetapi menjadi kendala bagi mereka jika saat undangan pentas atau
manggung mulai banyak berdatangan, grup band yang terdiri dari 5 laki-laki ini
sering menghadapi kesulitan saat pada anggotanya yang masa kontrak kerjanya
telah selesai. Proses pengajuan permohonan untuk kembali bekerja ke Taiwan
memerlukan waktu yang lumayan lama. Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk
sewa studio rekaman pun tidak sedikit. Per jamnya mereka harus mengelurkan 530
New Taiwan Dollar atau sekitar Rp 145 ribu.
Kendati
demikian, hal ini tidak menyurutkan mimpi mereka untuk berhasil di bidang musik
yang sangat dicintainya. Agar dapat berinteraksi dengan para penggemarnya, band
yang menggabungkan aliran musik pop, rock dangdut, dan blues ini juga membuat
CD dan DVD 'Waktu" dengan biaya sendiri, membuat T-shirt khusus dengan
biaya sendiri untuk dibagikan kepada anggota komunitasnya, dan banyak lagi.
Semoga menginspirasi ya,,
Sumber: liputan6.com